Copyright © Cerita Mila
Design by Dzignine edited milaizzatul
Wednesday 9 March 2016

Para Pengejar GMT2016

Maha Besar Allah yang mempertemukan Sang Sinar dan Sang Cahya,
dua ciptaan-Nya yang senantiasa bertasbih kepada-Nya
Cerita kali ini, cerita paling mengesankan dari seluruh postingan yang ada di Cerita-Mila. Cerita petualangan di Pulau Bangka, mengejar fenomena alam langka, tanpa orang tua, dan penuh dengan hal-hal yang tidak terbayangkan sebelumnya
Yang ke-1 di abad 21, Gerhana Matahari Total melintasi Indonesia.
Yang ke-33 di daftar seluruh gerhana matahari yang terjadi di abad 21.
Yang ke-52 di siklus saros 130
Gerhana Matahari Total (GMT) 9 Maret 2016 sudah jadi momen yang ditunggu-tunggu sejak tahun lalu, jauh sebelum media hingar bingar memberitakan tentang GMT2016. 
Akhir tahun 2015, ditengah kesibukan mengawali masa s***si, pikiran malah ditambahi beban untuk mencari cara supaya bisa mengamati fenomena langka itu. Karna bisa jadi ini yang pertama dan yang terakhir sepanjang cerita-mila. Setelah mencari tau informasi di beberapa website astronomi ternyata tempat terdekat yang bisa jadi tujuan adalah Pulau Bangka Sayangnya, orang tua tak mengizinkan kalau yang berangkat hanya aku dan adikku, Ilma.
Berhubung aku punya kebiasaan yang tidak semestinya menjadi sebuah kebiasaan (baca: update status), aku update Line yang isinya aku sedang merencana perjalanan ke Bangka untuk melihat GMT Maret 2016. Ternyata kebiasaan itu bisa membawa manfaat juga. Salah satu teman bernama Melinda membaca update Line itu dan ingin ikut berangkat bareng kenalannya namana Sani, dan kakaknya Sani, bernama Rani.

Lima-Empat-Tiga
Januari 2016 lima orang (Mila, Ilma, Melinda, Sani, dan kak Rani) fix berencana mengejar GMT ke pulau Bangka. Aku mencari info ke teman-teman asli Bangka untuk mencari spot pengamatan yang baik, lalu mengurus booking hotel, rental mobil, dan pesawat. 
Februari 2016 ketika rencana perjalanan sudah beres *setelah menyelesaikan tragedi salah pilih jadwal penerbangan* dan aku harus fokus untuk sidang proposal s***si, ternyata Sani dan kak Rani batal untuk berangkat, karna tanggal wisuda Sani dimajukan dan bentrok dengan momen gerhana. daaaannnn....... di situ saya merasa panik .-, untungnya ada Annisa Nursasyida teman yang berjiwa petualang dan senang dengan alam semesta & seluruh isinya ini mau diajak. Akhirnya empat orang (Mila, Ilma, Melinda, dan Nisa) fix berencana mengejar GMT ke pulau Bangka.

Maret 2016 makin gak sabar menanti si gerhana. Aku mempersiapkan segala "persenjataan", mulai dari beli kacamata matahari, filter matahari di duniaastronomi.com (Baader solar filter mylar, 10x15cm, 250k), meminjam teleskop Hoshi no Techou ke HAAJ, membuat adapter filter untuk kamera tele, kamera pocket, dan teleskop, sampai mencari pinjaman tripod ke Ucing, temen kampus.
8 Maret 2016 jam 04.30 WIB aku dan Ilma berangkat diantar orangtua ke bandara Soekarno Hatta. Sengaja berangkat pagi sekali, karna jalanan jakarta kalau pagi luar biasa ganasnya. Aku terus memantau posisi Melinda dan Nisa tapi dua-duanya sulit dihubungi. Aku dan adik beda maskapai dengan mereka berdua. tapi sekitar jam 9 Nisa bilang kalau dia udah check-in. Aku take-off jam 9.40, Alhamdulillah landing jam 10.45 di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang. Pas nyalain handphone lagi, ada chat dari Melinda yang bilang "Mil, maaf aku telat check-in, kena tilang." disini saya merasa bingung -_- dihubungi balik, juga gak bisa. akhirnya aku ke spot kedatangan menunggu siapa yang keluar, Nisa dan Melinda atau Nisa sendiri. ternyata hanya nisa sen.di.ri. Nisa cerita, kalau melinda bangun kesiangan, berencana naik motor ke Bandara, tapi dijalan dia ditilang polisi akibatnya ketinggalan pesawat. huffftt. Akhirnya tersisa tiga orang (Mila, Ilma, dan Nisa) pengejar gerhana GMT di Pulang Bangka.

Masjid Jamik Pangkal Pinang
Setelah menenagkan diri mendengar cerita nisa kami bertemu supir rental mobilnya, namanya Pak Agus, yang ramah sekali dengan logat Bangka yang sangat kental. Berhubung check in hotel masih jam 14.00 yang artinya masih 3 jam lagi. Kami mita diantar ke masjid Jamik Pangkal Pinang karna meski hotel masih tutup, tapi rumah Allah akan selalu terbuka. ^^ Jarak bandara ke masjid sekitar 8km. Kami istirahat di sana, mengabari orang tua yang shock dengan cerita "3 orang" , dan sholat dzhur.

Masjid Jamik Pangkal Pinang ini nuansanya hijau, terlihat kalau bangunan lama, porselainnya jenis porselain lama, ornamen kubah yang sederhana, dan jendela-jendela yang besar-besar. Selesai sholat dzuhur di sana kami memulai petualangan.

Menumbing Heritage Hotel
Jarak masjid ke hotel 700 m, niatnya kami jalan kaki ke sana sambil mencari makanan khas bangka di sepanjang jalan untuk makan siang . ternyata sampai kami menemukan hotelnya tidak ada makanan yang diinginkan. Ada sih rumah makan, namanya Kantin Nad, tapi ketika kami masuk sana suasananya sepi dan tidak ada pelayannya. jadinya kami ragu dan lanjut jalan. Makanan lain yang ditemui yaaa bakso, bahkan siomay bandung =___= *ya ampun masa jauh-jauh makannya tetep somay bandung*. jam 13.30 ketika sampai ke hotel ternyata sudah bisa check in. *hiyyeeyy* setelah check-in. makan siang di restoran hotelnya, foto-foto, dan menanti malam di kamar.

Menumbing Heritage Hotel ini nuasanya klasik ala-ala kolonial gitu. Lokasinya sebelahan sama Ramayana BTC dan Gereja. Hotel yang ada di Jl. Gereja No. 05 ini punya banyak spot bagus buat foto-foto.

Yang paling unik sih lift-nya. Semenjak ku tau yang namanya "lift" atau "elevator" pintunya dibuka kesamping, dan kabinnya juga punya pintu. Nah, di hotel ini liftnya punya pintu yang dibuka ke depan seperti lemari kaca, tapi pintu gak bisa dibuka kalau kabinnya gak ada. Pas masuk, kabinnya ini gak ada pintunya lagi, jadi kita bisa melihat dinding antar lantai, pintu yang seharusnya ada itu, diganti dengan sensor infrared yang jika ada yang melewati batas itu, maka lift akan otomatis berhenti. hahaha akhirnya karna kenoraan kita, kamar yang cuma di lantai dua aja tiap turun/naik sering pakai lift.

Kamar yang kami tempati tipe Deluxe, lumayan nyaman, tapi sayangnya di kamar gak ada lampu utama, jadi untuk aktivitas malam yang selain tidur, misal untuk baca-baca santai di kasur, itu terlalu gelap.

Menu makanan di restorannya juga kurang variatif, jadi waktu makan siang kami memutuskan pesan menu yang sama Chicken Hainan Rice, hanya minumannya yang berbeda, aku pedsan Red Velvet Late *ku kira warnanya pink gitu, ternyata coklat -_-*  tapi pelayanannya bagus dan ramah-ramah. Pelayan yang selalu melayani kami ternyata orang Citayem. hahah udah sejauh ini masih ketemu sama orang Ciayem aja. ^^


Kota Pangkal Pinang
Yeah, kota Pangkal Pinang dari sudut pandang aku yang lahir di Madiun dan besar di Jakarta ini, ibu kota provinsi bangka belitung ini udaranya terik tapi anginnya lumayan kencang dan sejuk tapi aromanya bukan seperti angin dari pegunungan, lebih seperti angin pantai. Kotanya relatif sepi. Nyebrang jalan di sana gak seganas di Depok hahaha, bisa mondar-mandir malah. pengguna jalannya tertib lampu lalulintas semua. Jalan utamanya (jalan raya) sebagian besar lurus, jarang ada lubang, tapi kontur jalannya bergelombang. Di tengah kota banyak ceceran kotoran burung sepanjang kabel listrik diatasnya. Angkutan umum ada tapi sepertinya trayeknya gak jauh-jauh banget.
Malam hari saat lapar kembali datang, kami (lagi-lagi) niatnya jalan-jalan melihat suasana malam kota pangkal pinang, taaaapiiiii  ketika keluar hotel, jalanan seeeepppiiiiii banget, sebagian besar toko-toko sudah tutup, lampu jalannya sedikit pula. yang niatnya mau cari suasana keramaian kota, yang ada malah uji nyali. ada sih yang ramai, tapi ramai suara kelelawar di bangunan-bangunan yang tinggi. Oiya, di sana gak ada mini market sejenis indomart atau alfamart, yang ada hypermart. tapi karna sepi, kami cuma buru-buru ke KFC terdekat -.- , itupun kami bungkus dan makan di kamar hotel khawatir makin malam makin sepi lagi.Sepanjang jalan kaki, kami cuma berdoa supaya Allah melindungi kami bertiga dari hal-hal yang tak diinginkan. untung di sana gak ada begal-begal-an ._.

Pantai Terentang, Koba, Bangka Tengah
sehari sebelum berangkat, pemilik rental mobil Sinar Buana Bangka memberitau kalau pantai tempat lokasi pengamatan yang kami tuju itu akan ramai. Bahkan sudah mulai ada yang mendirikan tenda-tenda di sepanjang garis pantai. Jadi, dia menyarankan agar kami berangkat dari hotel jam 4 pagi. Nah, pas kami ketemu sama pak Agus, katanya jalan menuju ke sana banyak pembangunan gorong-gorong dan jembatan jadi dia menyarakan untuk berangkat jam 2 pagi. Alhasil tanggal 9 Maret nya kami bangun jam 1 pagi, siap-siap, beres-beres, dan check out, jadi di hotel kami hanya 12,5 jam. Check in jam 13.30 Check out jam 02.00. wkwkwk sebelum kami check out, alhamdulillah tetap dapat jatah breakfast ringan. mayaan teh-teh hangat dan roti-roti buat ganjal perut.

Pak agus sangat tepat waktu, jam 2 dia sudah datang dan kami pun berangkat menuju selatan pukul 02.15 WIB. Perjalanan sangat amat lancar, hanya ada beberapa mobil yang kami duga juga menuju pantai yang sama. ada sekitar 5 pembangunan jembatan yang kami lewati, selebihnya hutan-hutan dan rumah-rumah warga. Rumah di desa pulau Bangka sama seperti model rumah di desa-desa pulau Jawa, hanya saja yang unik adalah pagarnya semua berada di batas terasnya. Meski rumah itu punya halaman yang luas, tapi pintu pagarnya tetap berada di batas terasnya, tidak seperti di Jawa yang pagarnya ada di batas halamannya, bahkan terkadang di Jawa ada pagar yang sampai berada di bahu jalan -__-"
jam 02.45 kami menemui kemacetan, rupanya sudah mulai memasuki wilayah pantai Terentang. Spot ini aku pilih karena katanya, meski pantainya gak bagus akibat abrasi, tapi garis pantainya paling panjang. Sampai sana benar juga, ruuuuaaaammmeee banget, banyak kendaraan jenis apapun sudah parkir di pinggir jalan, mayoritas dibelakang mobil parkir itu ada tenda atau gelaran tikar untuk tidur, Akhirnya kami menemukan space parkir sekitar 2 km dari lokasi masuk Pantai -__-
Garis pantai ini memang panjang, menghadap ke timur, taaapiiii sepanjang garis pantai sudah penuh orang tidur. Benar-benar harus hati-hati ketika kami berjalan mencari space kosong, khawatir menginjak orang. tekstur pasir pantainya lebih kasar, jadi lebih gambang bergerak, ditambah lagi pantai yang curam akibat abrasi membuat berjalan di sana super hati-hati. 

Lokasi Pengamatan Terbaik
akhirnya ketemulah space kosong ditengah orang-orang, persis disamping lokasi yang diberi batas menggunakan tali rafia. Lokasi yang dibatasi itu, lokasi khusus yang isinya orang-orang membawa teleskop dari komunitas astronomi. di sana lokasinya paling tinggi, datar, dan dijaga pihak keamanan untuk sterilisasi medan pandang pengamatan dari yang tidak berkepentingan.
Sementara aku dan Nisa mengatur peralatan dan berusaha membuat tempat kami nyaman, Ilma SKSD lah dengan salah satu orang yang berada di spot pengamatan itu. Ketika balik ke kami, Ilma bilang kalau kami boleh pindah ke spot pengamatan tersebut karena kami membawa teleskop dan tripod. MaasyaAllah ternyata orang yang berkenalan dengan Ilma tadi juga tau komunitas HAAJ dan ternyata orang Pondok Gede >o<
Alhamdulillah akhirnya kami berempat (Mila, Ilma, Nisa dan Pak Agus) pindah ke tempat terbaik untuk pengamatan. Setelah rapi, adzan subuh terdengar, dan kami pun sholat subuh di Pantai.

The Dark Morning
Langit dini hari di Pantai Terentang (2°25'34.2" LS 106°18'35.7"BT) benar-benar bertabur bintang, rasi-rasi bintang hampir menampaknnya seluruh bintang-bintangnya, milky way terlihat dengan mata langsung, rasanya seperti di dalam planetarium alami! Tapi ketika melihat ke horizon timur, samar-samar makin jelas bahwa awan-awan memanjang berlapis-lapis di sana. Aku mulai deg-deg-an. Bagi astronom amatir, awan selalu menjadi kendala. Mungkin beda dengan astronom profesional yang bisa mengamati dengan spektrum tanpa mempedulikan awan hahaha. Tapi tetap optimis, yang punya awan dan yang punya pertunjukkan GMT kan Allah, jadi dalam kondisi seperti itu hanya doa cara ikhtiarnya.

Ufuk timur semakin terang dan masyarakat mulai menambah padat garis pantai. batas spot eksklusif pengamatan mulai jebol, untungnya petugas pengamanan sangat tegas untuk mengatur masyarakat yang berada di depan jajaran pengamat untuk tetap duduk. Suara klakson sahut-sahutan dari jalan raya yang mulai semerawut. mungkin seandainya berangkat jam 4 pagi, pasti akan telat sampai pantai.
Fajarr semakin terang, dan bagini kira-kitra timelinenya:
05.30 WIB ufuk timur mulai memerah, awan-awan panjang berlapis masih anteng di sana.
06.15 WIB matahari sudah terbit, tapi tertutup awan, diperparah dengan munculnya awan-awan kelabu yang tidak begitu lebar tapi banyak dan berjajar bergerak cepat berganti-gantian menutupi lokasi matahari.
06.22 WIB memasuki kontak pertama gerhana, matahari malah "digerhanai" oleh awan.
06.41 WIB sinar matahari masih berusaha menerobos lapisan awan, tapi melalui teleskop Hoshi no Techou matahari sudah dapat terihat. Allahuakbar! matahari ku "coak".
Aku terus mengabadikan matahari setiap menitnya, sambil berlomba dengan awan-awan kelabu tadi yang bergantian menutupi matahari.
07.00 WIB matahari tinggal setenganya. Langit bagian barat sudah meredup. aku menaksir altitude 17 derajat berada di area kosong yang tak berawan. jadi kira-kira nanti ketika fase total berada di lokasi yang tidak berawan.
07.18 WIB matahari sabit tinggal setebal alis. lokasi yang ku perkirakan tadi sudah dipenuhi awan-awan bergerumul yang bergerak lambat sedangkan awan kelabu yang cepat tadi ada yang lebar dan siap menutupi beberapa menit lagi.
07.22 WIB Allahuakbar! aku melihat Diamond Ring Effect! mendadak tangan gemeter dan ngambil foto pun jadi asal banget. Beberapa detik kemudian Allahuakbar! Allahuakbar! Allahuakbar! Fase total! gak cukup dengan kata "indah" bingung harus mendeskripsikannya dengan kata apa. untuk beberapa detik kamera di tangan lupa sama tugasnya. Ilma sampe ngingetin untuk lepas filter, akhirnya filter ku copot dan dijatuhin gitu aja. Berusaha memfokuskan kamera dengan mata yang udah berlinang. Cuma bisa ngambil beberapa foto sisanya ngeliat dari teleskop dan itu bener-bener pemandangan termegah yang pernah ditangkap sama mata ku.
07.24 WIB mulai Diamond Ring Effect lagi aku mencari-cari filter yang tadi dijatuhkan begitu saja. untuknya masih aman.
07.25 WIB mulai kembali ke fase-fase matahari sabit lagi. sampai terakhir ku menangkap citranya pukul 08.17 WIB

Ada hal yang luar biasa juga sepanjang fase gerhana ini. empat menit sebelum diamond ring effect muncul, jelas sekali  ada awan bergerumul dan awan kelabu yang siap datang, tapi ketika menjelang DRE dan fase total, langit tiba-tiba clear dan gak ada yang sadar kapan awan-awan itu menghilang. MaasyaAllah.

Saat fase total tadi, suasananya seperti fajar dan senja yang jadi satu sekaligus, langit gak benar-benar gelap, lebih ke kelabu-biru gitu. duh susah deskripsinya. Venus terlihat, tapi aku gak begitu fokus ke benda-benda langit lain saking terpananya sama fase total yang seperti mimpi.

Panik !
Selesai fase total sebagian besar masyarakat mulai meninggalkan bibir pantai, tapi aku masih lanjut mengabadikan fase demi fase. Rata-rata yang masih bertahan di spot pengamatan orang-orang yang membawa teleskop. Karna teleskop ku paling mungil, jadi banyak anak-anak yang penasaran. mungkin bagi mereka "ini teleskop apa botol air minum?" hhaha Sampai jam 08.30 akhirnya kami mulai beres-beres, dan pergi meninggalkan lokasi pengamatan. di jalan raya sudah semerawut. semua kendaraan bahkan orang yang berjalan kaki saja macet. Lapar, capek, panas terik, asap kendaraan, jarak yang jauh paket lengkap  untuk menguji ketabahan. Sampi di mobil langsung menyalakan AC dan mulai khawatir dengan kemacetan yang ada. Aku megusulkan untuk mencari jalan alternatif ternyata di sana memang tidak ada jalan alternatif.
Ini kemacetan yang paling luar biasa terjadi di Jalan Namang-Koba. Jalan tersebut memang tidak didesain untuk volume kendaraan yang sebanyak itu, tidak seperti jalur Pantura yang udah langganan macet setiap lebaran, jadi Jalan Namang-Koba ini benar-benar akses utama tanpa jalan alternatif yang memadai untuk mengurai kemacetan .Mulai jam 9 sampai jam 10 tidak ada perpindahan yang berarti sedangkan penerbangan kami jam 14.45.

Mas-Mas Penolong
Jam 10.30 kami mulai menjalankan plan B. Aku dan Nisa keluar mobil dan mencari ojek, tapi profesi ojek ternyata tidak ada di daerah sana. salah satu bapak-bapak yang kami tanyai menawarkan untuk bareng ke Pangkal Pinang naik motornya tapi bapak itu dan kawan-kawannya menunggu  kemacetan cair dan membuat kami pesimis bahwa penerbangan kami tidak akan terkejar karna jarak dari kami ke bandara masih 45 km lagi. Aku mulai terpikir untuk menjalankan plan C yaitu menghubungi Citilink agar mentoleransi atau mencari jalan keluar apapun untuk permasalahan kami, karna pulsa ku ternyata habis, akhirnya aku mencari penjual pulsa. Saat beli pulsa ke suatu warung aku pun cerita kondisinya kalau tidak ada tumpangan, dan disinilah kami menemukan orang yang sangat baik. Ibu itu menawarkan anak laki-lakinya untuk mengantar kami ke bandara bersama dua temannya naik motor. Aku kembali ke plan B. Buru-buru aku kembali ke mobil yang tidak berpindah sedikitkpun, aku melunasi pembayaran rental mobil, pamit ke pak agus, mengambil barang-barang di mobil, mengantar Ilma menghampiri tiga mas-mas baik itu.

Jalan Alternatif
Aku dibonceng anak dari ibu pulsa tadi bernama Ciko, mahasiswa semester 8 Agroteknologi Universitas Bangka Belitung. Salah satu dari temannya *yang membonceng Ilma* sering memancing di daerah rawa dan yang membonceng Nisa adalah anak penambang timah. jadi dia tau jalan alternatif menghindari kemacetan.
potret sebagian wilayah bangka dari pesawat.
daerah putih itu bekas tambang timah
Jalan alternatif yang ku bayangkan yaaaa, minimal jalan setapak atau jalan pematang sawah deh. tapi aku lupa bahwa ini pulau Bangka. Pulau yang terlihat dari atas sebagian besar hamparan kebun kelapa sawit dan bekas tambang timah.
Pertama kami melewati belakang rumah warga yang tembus ke perkebunan kelapa sawit dengan jalanan tanah merah, lalu sampai ke pematang rawa dengan beberapa sambungan kayu-kayu dan ranting di jalannya, melewati padang ilalang lalu sampai ke jalan bekas tambang timah, jalannya itu seperti pasir pantai namun warnanya seputih garam, tapi ada bagian yang hitam legam. Bayangkan ini seperti Offroad menggunakan motor matick di pantai dengan pasir yang tebal. untungnya mas-mas ini kuat menahan motor supaya tidak tergelincir. Jalan ini memang hanya penambang saja yang tau, dan aku sempat berpikir teman-teman ku yang asli bangka belum tentu pernah lewat jalan ini.  Aku sebenarnya ingin mengabadikan pamandangan saat itu, minimal melihat posisi ku di dalam peta itu di mana, tapi kekhawatiranku tentang sulitnya medan dan waktu tiba di bandara lebih mendominasi lagi pula sinyal pun tidak ada. Sempat juga lewat jalan pasir yang benar-benar dipinggir rawa, jika terpeleset pasti langsung jebur ke rawa itu. ala-ala Frodo yang masuk ke rawa kematian, di film Lord of The Ring 3 x__x
setelah bekas tambang, kembali masuk hutan, pemakaman, padang ilalang, perkebunan sawit lagi dan akhirnya setelah kita-kira 5 km aku melihat jalan utama yang sangat amat lancar dengan pantainya. Sampai di jalan utama mas-masnya ngebut sengebut-ngebutnya, aku bener-benar khawatir tapi yaaa mau bagaimana lagi. Perjalanan mengebut maksimal itu ditempuh 1 jam, terjemur dibawah matahari yang sudah normal kembali, tiba-tiba masuk daerah yang hujan deras, terus diterobos ke daerah yang terik lagi sampai baju yang basah jadi kering lagi. aku belum pernah naik motor setakut ini, sangat ngebut, tanpa helm, dan jalan licin bekas hujan. sepanjang jalan cuma minta perlindungan Allah dan mempercayakan keselamatan ke mas Ciko ini. Papa setiap 20 menit telfon memantau posisi ku, aku membayangkan pasti papa di Jakarta panik banget.

Alhamdamdulillah jam 12.15 sampai bandara dengan selamat sentosa. yeeeaaayyy. 
Orang-orang ini memang baik, mereka tidak meminta imbalan, tapi sebagai ucapan terimakasih, kami memberikan tanda terimakasih yang menurut kami itu cukup, tapi saat menerimanya mereka ekspresinya kaget dan seolah terlalu banyak. hebat! Indonesia masih banyak memiliki masyarakat yang ramah dan penolong. semoga kebaikan mereka menjadi penghapus dosanya dan segala kesulitannya Allah permudah, seperti mereka mempermudah kesulitan kami waktu itu. :)) ah nyesel banget gak foto bareng sama minta kontak. -,-

I'm Home !
Sirna sudah rencana untuk ke Danau Kaolin, makan Mie Koba, beli kerupuk bangka, gara-gara suasana pulang yang memacu adrenalin. Sampai bandara langsung ke toilet, sholat dzuhur, mencari makan, dan check in. banyak penumpang yang lari tergopoh-gopoh khawatir ketinggalan pesawat karna mayoritas terjebak kemacetan di Bangka tengah. Pesawat kami terbang pukul 15.00. penerbangan lancar dan stabil. Kami bertiga tidur di perjalanan. Dan pukul 15.55 akhirnya mendarat di Soekarno Hatta lagi.


Alhamdulillah...
terimakasih Ya Allah untuk ceritanya ^^

yaaaa begitulah cerita-mila edisi Para Pengejar Gerhana Matahari Total 2016. Cerita yang sebelumnya aku rancang untuk pergi melihat GMT lalu wisata ke Danau Kaolin, beli oleh-oleh, tapi ternyata Cerita yang Allah berikan jauh lebih seru, mendebarkan, penuh hikmah, dan sangat menampakkan kekuasaan Allah, gak hanya ketika momen gerhana tapi rangkaian skenario yang sudah Allah rancang seperti mimpi.

Cerita ini bukan cerita lengkap, karna dalam cerita ini sebenernya banyak detail-detail yang mungkin terlalu panjang dan tidak bisa diubah menjadi kata-kata dan aku ingin setiap kejadian sedetailnya yang pernah tertangkap oleh mata selama petualangan di Bangka ini tersimpan di "ROM" otak supaya gak gampang terhapus tapi gampang diingat kembali, diceritakan kembali ke anak-cucu nanti. :)
Alhamdulillah

****
Thanks to:
  1. Kedua orang tua, pendukung terbaik sepanjang hidup.
  2. Menumbing Heritage Hotel
  3. Citilink
  4. Pak Agus, Pak yogi dari rental mobil Sinar Buana Bangka
  5. kak Hanief pemilik duniaastronomi.com yang udah menjual filter mataharinya. plis sticker-sticker dan sarung tangan plastiknya.
  6. kak Ronif, kak Indra, dan kakak-kakak HAAJ yang ngasih banyak saran untuk pengamatan dan pinjaman teleskopnya.
  7. Stevy, Oka, Kresna, Wenda, Sharah, Rahma; teman-teman Bangka yang udah ngasih banyak gambaran tentang pulau dan spot-spot menarik
  8. Ucing yang sudah meminjamkan tripod
  9. Mas Ciko dan kawan-kawannya. terimakasih sangat untuk kebaikannya. Kalau ada yang kenal dengan Ciko Agroteknologi Univeristas Bangka Belitung angkatan 2012, atau pejual pulsa setelah JNE Terentang di sebelah kiri jalan kalau dari arah utara. Sampaikan terimakasih ku yag sebesar-besarnya. 
>> 2019 Gerhana Matahari Cincin, Pekan Baru, Riau. Ready for a new story??<<

4 komen:

  1. waah, menegangkan bacanya :D selamat ya, dapat foto yang bagus banget. kami malah digerhanai awan. terima kasih juga udah mention dadc ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih kak, tanpa filternya saya gak bisa dpt hasil foto itu. kapan-kapan smg ada kesempatan berburu gerhana dgn langit yang cerah.

      Delete
  2. Milll aku pas baca ikutan deg deg an sendiri sampe ga sadar sudah berlinang air mata bahagia haha. Ikutan senenggg.. Ditunggu cerita selanjutnya miilll

    ReplyDelete
    Replies
    1. ookeeee, semoga cerita selanjutnya bisa berpetualang bareng isti ya. eheee

      Delete

waktunya komentaaar