Copyright © Cerita Mila
Design by Dzignine edited milaizzatul
Tuesday 3 May 2011

the oath of the Order of Scientific Inquiry

I swear to use my scientific knowledge for the good of Humanity. 

I promise never to harm any person in search of enlightenment.


I shall be courageous and careful in my quest for greater knowledge about the mysteries that surround us.

I shall not use scientific knowledge for my own personal gain or give it to those who seek to destroy the wonderful planet on which we live.

If I break my oath, may the beauty and wonder of the Universe forever remain hidden from me.

from: George's Secret Key to the Universe Novel
Sunday 1 May 2011

1 Mei 2010 (The Great Gate to My Astronomy World)

Alhamdulillahirrabil alamin . . .
tepat 1 tahun yang lalu sebuah hari yang menurut gue beda dari pada yang lain. Hari dimana gue pertama kali kenalan sama Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) suatu organisasi yang ikut andil dalam perjalanan gue di Astronomi itu. Yak! kalau tidak ada 1 Mei 2010 mungkin tidak ada postingan gue yang berbau Astronomi.


Gue bener-bener ngerasa bersyukur akan hari itu. Karena 1 Mei 2010 Allah membukakan pintu gerbang menuju dunia astronomi yang lebih dalam. Karena 1 Mei 2010 gue bisa kenal apa itu HAAJ, FPA dan FOSCA. Karena 1 Mei 2010 gue bisa mendapatkan guru-guru astronomi yang sangat gue butuhkan sampe' saat ini. Dan karena 1 Mei 2010 gue bisa menciptakan dunia baru untuk hidup gue. Dunia Astronomi. Amazing!


Oke, gue ceritakan

Sabtu, 1 Mei 2010


Setelah Venus Menyapa Jakarta
   Pagi itu aku terbangun sekitar 24 menit setelah Venus menyapa Jakarta. Usai sholat subuh aku tidak tidur lagi layaknya hari Sabtu pada biasanya. Seperti biasa usai sholat aku menengok telephon genggamku untuk mengcek sms atau missedcall masuk, kebiasaan yang menurutku aneh namun entah kenapa aku selalu melakukan hal ini. Padahal tidak ada sms atau telepon yang ditunggu.
   Namun pagi itu aku memang menunggu sms dari seseorang. Seorang cowok yang semalam aku telepon. Jangan mengira yang bukan-bukan, cowok itu adalah putera dari teman ibu ku. Cowok itu namanya Lazuardi Finanda --yang saat ini aku kenal dengan panggilan kak Ardi. Ia adalah seorang mahasiswa Fisika UNJ yang sedang menulis skripsi tentang Astronomi.
   Alhamdulillah beberapa hari sebelum hari itu, aku dipastikan lolos seleksi Olimpiade Sains Nasional 2010 bidang Astronomi tingkat kota. Ibu ku akhirnya menyuruhku untuk berkomunikasi dengan kak Ardi supaya saat aku belajar Astronomi ada yang mengarahkannya.
   Sekitar pukul 8 pagi aku tiba di Asrama Haji Pondok Gede. Aku harus menghadiri manasik haji untuk melengkapi nilai pelajaran Agama Islam kelas X. "Seperti anak kecil." Pikir ku.
  Tidak lama kemudian, temanku Aisyah Hafidzoh --aku panggil Pijoh-- datang dan aku pun menghampirinya.
   "Joh, nanti jadi ikut gue ke planetarium?"
   "InsyaAllah. Bareng Rahma sama Aldo juga ya." Jawabnya.
   "Oooh, oke. Janjian jam 3 ya di halte transjakarta Kramat Jati. GAK PAKEK NGARET!" Tegas ku.
   "InsyaAllah." Jawab Pijoh lalu ia pun berlalu dari hadapanku.

Detik Demi Detik
   Terik sekali pukul 10.00 waktu aku tiba di rumah kembali usai manasik haji. Aku mencoba sms kak Ardi lagi untuk memastikan kalau aku jadi ke planetarium sore nanti.
   Siang itu aku benar-benar tidak sabar untuk belajar Astronomi di Planetarium. Menghadapi buku-buku tentang bintang, planet, tata surya dan alam semesta.
   Sekitar puluk 14.30 aku meminta izin kepada keluarga ku untuk meninggalkan rumah ke Planetarium. Aku menaiki angkutan umum menuju halte transjakarta kramat jati. Sesuai janji ku dan teman-teman, aku sampai tepat pukul 15.00 di halte. Kosong. Aku menatap halte kecil itu setelah membeli tiket seharga Rp 3,500.-
   Detik demi detik aku lalui sendiri, menunggu teman-teman ku, terduduk di halte tersebut. Aku hanya mendengar celotehan petugas halte dan ramainya jalanan. Bus demi bus aku biarkan lewat begitu saja. Sesekali petugas pintu bus menawari ku untuk menaiki bus nya. Namun aku hanya menggelengkan kepala dan membiarkan bus itu berlalu.
   Tiga puluh menit berlalu. Balasan sms dari Rahma, Pijoh dan Aldo masih sama. "Masih dijalan mil. Sabar ya." Sabar? Aku hanya bisa mengerutkan kening dan mengelus dada.
   Mendekati pukul 16:30 aku melihat mereka turun dari angkutan umum. Aku melihat jam tangan ku dan dengan rasa kesal yang memuncak aku keluar dari halte. Aku tak peduli uang Rp 3,500.- ku yang gunakan hanya untuk menunggu. Aku juga tak peduli dengan anggapan petugas halte bahwa aku orang aneh.
   Aku meminum seteguk air minum yang aku bawa sebelum menghadapi teman-teman ku. Itu cara ku menyembunyikan kekesalan.
   "Kita naik taksi aja ya. udah jam segini." ucap ku.
   "ya udah deh, maaf ya Mila kita telat." 
   "iya iya iya."
Beruntung ada taksi warna putih yang melintas di jalan itu. Kami pun langsung naik kedalam taksi tersebut dan meminta supir taksi untuk mengantarkan kami ke Taman Ismail Mardzuki.
   Tiga puluh menit berlalu, kami pun sampai di pintu samping Planetarium. Aku mencoba membuka gerbangnya namun gerbang itu digembok. Aku melirik jam tangan ku, pikiran ku semakin cemas karna aku belum sholat Ashar padahal di depan ku adalah Mushola planetarium. Sayangnya untuk masuk kedalam Mushola, aku perlu melewati gerbang yang digembok tadi.
    Aku memutuskan untuk sms kak Ardi, pikirku saat itu ia sudah ada di dalam Planetarium. Aku terkejut saat kak Ardi membalas sms ku bahwa ia masih di jalan menuju Planetarium. Huft, ternyata aku masih datang lebih dulu. Aku memberitahu posisi ku saat itu kepada kak Ardi, maklum aku dan kak Ardi belum pernah bertemu sebelumnya, jadi hanya posisi dan warna baju yang bisa jadi acuan.


"kalau mau belajar, udah telat."
   Lima belas menit aku menunggu di depan pintu samping Planetarium, ah menunggu lagi. Aku melihat banyak anak-anak sebaya ku sedang jalan santai di kawasan Taman Ismail Mardzuki. Adakah salah satu dari mereka yang bermuka astronomis? hahah sepertinya aku salah berpikir waktu itu. Tak lama telepon genggamku berbunyi.
   "Halo Assalamualaikum." Jawabku
   "Walaikum salam mila? Kamu dimana?" Ucap seseorang disebrang.
   "Di pintu samping Planetarium kak."
   "Lah, saya juga udah di situ."
   "Loh? dimana? saya pakai baju ungu kak."
   "MILA!!" Terdengar suara laki-laki dan perempuan memanggil nama ku sekitar 10 meter dari tempat aku berdiri. Terlihat seorang cowok menaiki motor dan membonceng cewek cantik berkerudung. Aku menjabat tangan ke dua kakak itu. Ya, kak Ardi dan pacarnya, kak Devi.
   Kak Ardi kemudian menelepon seseorang yang berada di dalam Planetarium. Sesaat kemudian munculah juru kunci Planetarium atau pak satpam. Ia langsung membukakan pintu gerbang tersebut. Aku dan ketiga teman ku memasuki Planetarium namun berbelok ke Musholah. Matahari semakin rendah, tandanya waktu Ashar pun semakin sempit.
   Usai sholat, aku melihat kak Ardi dan kak Devi sedang berbincang-bincang dengan seseorang berbadan tinggi, berkaca mata, sedang menggenggam netbook yang saat ini ku kenal dengan sebutan Kak Nurdin. Beliau adalah pembina Forum Of Scientist Teenagers. Setelah kedua sepatuku terikat, aku menghampiri mereka.
   "udah tau kan pelatihan selanjutnya di SMA 68?" tanya seseorang tadi tanpa basa-basi.
   "belum"
   "iya, pelatihan tiga hari disana. kasih tau ya pihak sekolahnya. OSK peringkat berapa?" 
   "Alhamdulillah delapan."
   "ooh, dari SMA mana?"
   "empat delapan."
  "hmmm, kalau kesini mau belajar buat persiapan tahap selanjutnya sih, udah telat. anak-anak baru aja selesai. mereka udah kumpul dari jam 11." JEDER!!! lutut ku mendadak lemas mendengar pernyataan yang terakhir. aku dengan penuh kesabaran datang ke tempat ini sia-sia? Ya ampuuuuun :'(
   "hmmmm." jawab ku lemas.
   "emang diatas masih ada siapa aja kak?" tanya kak ardi kepada seseorang yang satu ini.
   "masih rame. ada pak wid...."
   "oooh, pak wid ahlinya OSN ya tuh." sambung kak ardi
   "iya, ada si adly juga. eh iya, ke atas aja kamu nanti ketemu yang juara satu di jakarta timur."
   Kau tau, saat aku mendengar pernyataan yang ini aku membayangkan ada seorang cowok berkulit putih, berkaca mata, bertubuh besar, di kedua tangannya terdapat buku-buku tebal dan ia sedang memandangku sinis dari ujung kaki sampai ujung kepala ku seperti sedang berfikir "beneran ni anak mau belajar astronomi? serius ni anak bisa?" uaaaaaaa. Sosok cowok sinis tadi hilang setelah aku tertinggal jauh dari kak ardi dan kak devi yang telah berjalan menuju suatu ruangan. Aku mengejar ketertinggalan ku bersama ketiga teman ku.
   Kak ardi dan kak devi begitu cepat melangkahkan kaki, menaiki tangga, menyusuri lorong dan sampailah di suatu tempat yang mirip balkon. Dari kejauhan aku melihat cowok yang berjalan berlawanan arah dengan ku. Wajahnya tidak familiar lagi. "Wah, dia ketua Forum Pelajar Astronomi itu bukan, sih?" batinku. Aku terus memperhatikan cawak itu sampai kami berpapasan. Aku tak mengayapa. Khawatir perkiraanku salah.


Sang Jawara itu...
    Aku sudah tak melihat kemana kak ardi dan kak devi pergi. Ya ampun, cepat sekali mereka menghilang. Ketiga temanku masih dibelakangku dan kami pun menemukan jalan buntu. Satu-satunya hal yang memungkinkan kemana kak ardi dan kak devi melangkah adalah sebuah pintu terbuka yang berada di samping kananku. Sayup-sayup terdengar suara seseorang seperti sedang ceramah. Perlahan aku memasuki ruangan itu, seperti sebuah gudang tapi di samping kanan ku lagi-lagi ada pintu yang terbuka dan terlihatlah ruangan multimedia dengan kursi bersaf-saf dan bertingkat-tingkat. Aku melihat kak ardi telah menduduki salah satu bangku dan melambaikan tangan kearahku--menyuruhku untuk masuk ke ruangan itu.
suasana ruang multimedia Planetarium 1 Mei 2010. Cowok yang duduk paling belakang sebelah kanan berbaju merah, itulah kak ardi dan aku bersama teman-temanku dibelakangnya.