Copyright © Cerita Mila
Design by Dzignine edited milaizzatul
Thursday 31 July 2014

Ruang Tamu 15 tahun yang lalu

Ini hari ketiga setelah Idul Fitri 1435 H. artinya gue lagi di Madiun di suatu rumah yang penuh banget sama kenangan dan apapun yang terjadi gue gak mau rumah ini berubah bentuk. Ya, di kediaman keluarga Partodihardjo. Seorang kakek yang semoga selalu tersenyum di langit sana melihat 28 cucunya tumbuh meski tanpa sempat memeluk secara langsung, satupun :")

Sejak gue lahir sampe sekarang, setiap idul fitri gue pasti ngerayain di rumah ini. Cuma sempat 3 atau 4 kali gue ngerayain idul fitri bukan di tempat ini. Jujur aja, pulang ke tanah kelahiran adalah hari-hari yang selalu gue tunggu-tunggu sepanjang tahun. tapi beberapa tahun belakangan ini, ketika lebaran gue ngerasa kangen sama suasana lebaran-lebaran yang terjadi belasan tahun yang lalu, gue kangen sama keluarga besar gue, gue kangen sama semua yang pernah terjadi di ruangan tempat gue duduk sendiri saat ini.

Ruang tempat gue duduk sekarang adalah ruang yang biasa digunain buat menjamu tamu. Cukup buat maen futsal juga kok ._. Ruangan seluas itu sekarang isinya cuma gue, kursi, dan meja. Meski sesenyap itu, di kepala gue masih terekam gelak tawa 15 tahun yang lalu di ruangan ini.

Dulu, H-min-seminggu lebaran, seluruh kelarga besar Partodihardjo dari mulai keluarga si anak pertama sampai keluarga si anak ke-sepuluh (nyokap gue) kumpul di rumah ini. Biasanya para anak kumpul di ruang tengah, sedangkan para cucu menguasai ruang tamu, ada yang main balap skuter, maen boneka, maen PS, maen tamagoci, pokoknya maenan semua lah. Bisa dibayangin kan, ruangan itu seriuh apa. Keramaian itu bertahan sampai H-plus-seminggu lebaran setiap tahunnya. Sampai gue nangis gara-gara harus pulang ke Jakarta lagi.

Tapi sekarang, waktu merubah suasana itu.
Gak ada skuter, gak ada boneka, gak ada PS, gak ada tamagoci, dan gak ada mainan-mainan lainnya.
Topik obrolan pun bukan tentang mainan terbaru, kartun terbagus, atau pun skor games terseru.
Semua tergantikan dengan gadget komunikasi dan topik pembicaraan menjadi tentang kampus, kegiatan, dan pekerjaan,
Sepupu gue yang biasa nemenin gue maen boneka atau rumah-rumahan udah pada mau "diambil orang"
Sepupu gue yang biasa bawa mobil mainan terbarunya, sekarang bawa mobil beneran.
Sepupu gue yang biasa ngajakin gue ngomongin kartun, sekarang lebih sering bahas tentang "lagi deket sama si anu". hmmmmmffff. topik ini topik yang gak pernah ilang setiap kumpul sepupu meski mungkin gue satu-satunya yang berbeda prinsip, hahaha *yaelah jangankan deket sama si anu, ngobrol aja gak pernah, jangankan ngobrol, nyapa aja gak berani, jangankan nyapa, ada di satu lokasi yang ada si anu aja selalu berusaha menghindar, kalo ada jalan laen gue mending lewat jalan laen, kalo ada aslab laen, gue mending ke aslab laen deh #eh aneh sih kenapa gue selalu cenderung menghindari orang yang gue suka, mungkin karna gue takut kebaca*  Sudahlah akan tiba saatnya gue memperkenalkan anggota baru ke keluarga ini #eak #mendadakvisioner #sindromsemesterlima

ya lucu, semuanya berubah.
Gak hanya kegiatan dan topik pembicaraan yang berubah, anggota keluarga yang dapat berkumpul juga sudah tak selama dulu. Memang, semakin banyak anggota keluarga baru, tetapi munculnya anggota baru menciptakan keluarga besar yang baru dan tentunya waktunya pun akan terbagi.


Jadi, tradisi kumpul sepupu sekarang tak lebih dari 10 orang bisa diajak hangout. yaaaa~ kurang lebih tinggal segini plus 3 orang yang belum menciptakan keluarga baru. . .

Gue harus bisa terima kalau keriuhan masa-masa kecil itu harus jadi kenangan. Gue harus bisa terima karena silaturahim tidak hanya dijalin di keluarga ini saja, tapi juga keluarga lain yang telah terikat dengan tali pernikahan, dan lingkungan tempat tinggal. Gue juga harus bisa terima kalau keluarga besar yang gue miliki telah menjadi keluarga besar-keluarga besar yang baru. Waktu membawa yang baru datang dalam keluarga ini dan juga membawa yang lama pergi dari keluarga ini. Yang penting silaturahim gak boleh keputus sampai kapanpun :)

Untuk Mas Bima dan Mas Febri, maaf cuma bisa nengokin setahun sekali, semoga kabar kalian baik, dan semoga Allah menyediakan ruang tunggu yang nyaman untuk kalian di langit sana :))